Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Teks Narasi Cerita Pendek (Cerpen)

Standar Kompetensi :
3. Memahami dan Menguasai Teks Narasi Cerita Pendek (Cerpen).
     
Kompetensi Dasar :  
3.5 Mengidentifikasi  unsur pembangun karya sastra dalam teks cerita pendek yang dibaca atau didengar
3.6 Menelaah  struktur  dan aspek kebahasaan cerita pendek yang dibaca atau didengar

Materi Pokok / Pembelajaran :
• Unsur pembangun karya sastra (cerpen) 
• Model teks narasi (cerpen)
• Struktur teks narasi (cerpen)
• Ciri-ciri kebahasaan teks narasi: kata/kalimat deskriptif,  kata ekspresif,  majas.

Unsur Pembangun Karya Sastra (Cerpen)
Karya sastra mempunyai unsur pembangun, yaitu:
1. Intrinsik
2. Ekstrinsik

1. Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur intrinsik cerpen adalah unsur yang membangun cerpen dari dalam cerpen itu sendiri.
Unsur intrinsik meliputi:


a. Tokoh dan karakter tokoh
           Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan atau karakter menunjukkan pada sifat dan sikap para tokoh  yang menggambarkan kualitas pribadi seseorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum, kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca. Adapun tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik. Tokoh antagonis merupakan penentang tokoh protagonis.

Tokoh : pemeran atau orang yang memerankan tokoh. Ada 3 tokoh yaitu:
  1. Tokoh protagonis (atau disebut juga sebagai tokoh utama). Tokoh protagonis merupakan tokoh yang biasanya berperilaku baik.
  2. Tokoh antagonis (tokoh yang menentang tokoh utama). Tokoh antagonis merupakan tokoh yang biasanya berperilaku jahat.
  3. Tokoh tritagonis (tokoh yang mendukung tokoh utama). Tokoh tritagonis merupakan tokoh yang biasanya membantu tokoh protagonis dan biasanya berperilaku baik.

Penokohan / perwatakan : penentuan sifat  tokoh dalam cerita.
Ada 2 teknik untuk memperlihatkan penokohan / perwatakan yaitu :
  1. Melalui teknik analitik (menyebutkan secara langsung)
  2. Melalui teknik dramatik (secara tidak langsung)

b.  Latar (setting) 
         Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret(nyata) dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Latar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.
Latar : menggambarkan tempat, waktu, suasana peristiwa dalam cerita.

c.  Alur (plot)
         Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan kenapa hal ini bisa terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasanya disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagian-bagian cerita, yakni sebagai berikut.
 1) Pengarang  menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Urutan peristiwa tersebut meliputi :
  • Mulai melukiskan keadaan (situation);
  • Peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses);
  • Keadaan mulai memuncak (rising action);
  • Mencapai titik puncak (klimaks);
  • Pemecahan masalah/penyelesaian (denouoment);


 2) Pengarang menyusun peristiwa secara tidak berurutan. Pengarang dapat memulai dari peristiwa terakhir atau peristiwa yang ada di tengah, kemudian menegok kembali pada peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya. Susunan yang demikian disebut alur mundur.
Alur : jalur cerita atau rangkaian jalannya cerita. Pententangan atau konflik.
Alur ada 3 yaitu alur maju, alur mundur dan alur campuran.
Ada lima tahapan dalam alur :
1.Perkenalan
2.Penanjakan
3.Klimaks
4.Puncak klimaks
5.Anti klimaks atau penyelesaian


d. Sudut pandang (point of view)
           Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan kepada siapakah yang menceritakan kisah tersebut?
Ada beberapa macam sudut pandang, diantaranya sudut pandang orang pertama (gaya bahasa dengan sudut pandang  “aku”), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.
Sudut pandang ada 2 yaitu sudut pandang pertama dan sudut pandang ketiga.

e. Gaya bahasa
            Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi (pilihan kata), penggunaan majas, dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapkan seorang pengarang terhadap karyanya.

f. Tema 
           Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.

g. Amanat 
              Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan masalah atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita.
Amanat : pesan untuk para pembaca


2. Unsur Ekstrinsik Cerpen
Unsur ekstrinsik cerpen merupakan sebuah unsur yang membentuk cerpen dari luar, berbeda dengan unsur intrinsik cerpen yang membentuk cerpen dari dalam. Unsur ekstrinsik cerpen tidak terlepas dari keadaan masyarakat saat dimana cerpen tersebut dibuat oleh pengarang. Unsur ini sangat memiliki banyak sekali pengaruh terhadap penyajian amanat ataupun latar belakang dari cerpen tersebut. Berikut unsur ekstrinsik cerpen :
  • Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan dan pandangan hidup.
  • Psikologis pengarang (yang mencakup proses kreatifnya), psikologi pembaca, dan panorama prinsip-prinsip psikologi  dalam sastra.
  • Keadaan di lingkungan pengarang, seperti ekonomi, politik dan sastra sosial.
  • Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.

Setelah seluk beluk cerpen kita pelajari, selanjutnya kita dapat menentukan tema cerita. Tema cerita tersebut dapat diperoleh dari hasil pengoleksian dan pengumpulan data tentang berbagai pengalaman yang pernah kita alami. Dari tema tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa pokok pikiran. Pokok-pokok pikiran tersebut kita susun menjadi sebuah kerangka karangan. Kerangka karangan tersebut selanjutnya kita kembangkan menjadi sebuah karangan yang utuh menggunakan bahasa yang baik dan benar

Unsur ekstrinsik : unsur yang membangun karya sastra dari luar.
  1. Latar belakang penciptaan : berkaitan dengan tujuan dari karya sastra.
  2. Sejarah latar belakang pengarang : berkaitan dengan kondisinya seperti sosial,  masyarakat dari  karya sastra sosial.
  3. Kondisi masyarakat : berkaitan dengan kondisi sekarang dari karya sastra seperti tentang pemanasan global atau kondisi masyarakat.
  4. Unsur psikologis (PSI) : berdasarkan psikologis pengarang.

Bahasa konotatif adalah bahasa yang memiliki makna lain (ambiguita).


Model Teks Narasi (Cerpen)
Berdasarkan jenis ceritanya, paragraf/teks narasi digolongkan ke dalam 4 bentuk paragraf, yaitu:
  1. Narasi Ekspositoris
  2. Narasi Informatif
  3. Narasi Artistik
  4. Narasi Sugestif

Khusus untuk cerpen termasuk kedalam paragraf narasi sugestif, berikut pembahasannya :

Narasi Sugestif adalah paragraf narasi yang menceritakan sebuah kisah yang merupakan hasil imajinasi dari seorang penulis. Paragraf ini murni memiliki tujuan untuk menghibur para pembacanya dengan kisah-kisah yang menarik dan bahkan menjurus ke suatu hal yang tidak masuk di akal. 

Narasi sugestif banyak ditemukan dalam cerita-cerita hikayat, novel, maupun cerpen-cerpen yang menjurus ke arah cerita non-fiksi.


Struktur Teks Narasi (Cerpen)
1.Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan atau inti dari cerita pendek yang akan dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga sebagai gambaran awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional atau dalam artian bahwa setiap cerpen boleh tidak terdapat struktur abstrak tersebut.
2.Orientasi
Orientasi berkaitan dengan waktu, suasana, dan tempat yang berkaitan dengan jalan cerita dari cerpen tersebut.
3.Komplikasi
Komplikasi berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab dan akibat. Pada komplikasi, biasanya mendapatkan karakter ataupun watak dari berbagai tokoh cerita pendek tersebut, hal ini karena pada bagian komplikasi kerumitan mulai bermunculan.
4.Evaluasi
Evaluasi yaitu struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta sudah mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang terjadi tersebut.
5.Resolusi
Pada bagian resolusi, pengarang mulai mengungkapkan solusi yang dialami tokoh.
6.Koda
Pada bagian koda, terdapat nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari cerita pendek tersebut oleh pembacanya.


Ciri-Ciri Kebahasaan Teks Narasi (Cerpen)
  • Kata/kalimat deskriptif : adalah kalimat yang berisi gambaran-gambaran umum maupun khusus akan suatu objek yang dibahas.
  • Kata ekspresif : Memiliki kata kerja yang menyatakan makna batin (ekspresif) / berisi curahan perasaan
  • Majas : Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau seseorang yangmempergunakan bahasa sebagai alat mengekspresikan perasaan dan buah pikiran yang terpendam di dalam jiwanya.

Beberapa majas yang sering digunakan :
a. Majas Litotes: pengungkapan yang bertujuan merendahkan diri.
Contoh: Mampirlah ke gubuk kami (Padahal rumahnya besar dan mewah )
b. Majas Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan.
Contoh: Kita berjuang sampai titik darah penghabisan
c. Majas Personifikasi: mengumpamakan benda mati sebagai makhluk hidup
Contoh: Hujan itu menari-nari di atas genting
d. Majas Simile : pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, ” umpama”, “ibarat”,”bak”, bagai”.
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
e. Majas Metafora:  pengungkapan yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh: cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri.


Incoming search terms :
Download Materi Bahasa Indonesia SMP/MTs/SMA/SMK Kelas 9 IX Pertemuan 3, Materi Bahasa Indonesia Teks Narasi Cerita Pendek (Cerpen), Silabus Bahasa Indonesia SMP/MTs/SMA/SMK Semester 2 Kurikulum 2013, Silabus SMP/MTs/SMA/SMK Kurikulum 2013 Revisi 2016 Terbaru, Soal Latihan Bahasa Indonesia Teks Narasi Cerita Pendek (Cerpen).

Posting Komentar

4 Komentar